Jumat, 20 Februari 2015

Cerpen Cak Nun : Lelaki Ke-1000 di Ranjangku

Lelaki Ke-1000 di Ranjangku


     Kututup pintu kamarku keras-keras, kukunci dan, “pergi kau lelaki! Cuci mulut dan tubuhmu baik-baik sebab isterimu di rumah cukup dungu untuk kau kelabui.”

     Bayangkan lelaki itu masih bisa berkata, “kau jangan murung dan menderita, Yesus dulu di salib untuk sesuatu yang lebih bernilai bagi umat manusia….”

     “Aku tak punya Yesus! Aku pintar Ngaji!’ aku memotong.
     Ia tersenyum, dan memandangku dengan mripat burung hantu, “kau putus asa, Nia…”
     “Aku memang putus asa . Bukan kau. Jadi pergilah!’’

     “Kau bukan perempuan yang tepat untuk berputus asa. Percayalah bahwa kehidupan ini sangat kaya. Dan aku ini laki-laki . Laki-laki sejati hanya mengucapkan kata-kata yang memang pantas dan ia yakin untuk diucapkan. Keinginanku untuk mengambilmu dari neraka ini dan mengawinimu….”

     “Cukup Ron! Jangan ucapkan apa-apa dan pergi !”
     “Nia….”
     Kudorong ia keluar. Pintu kututup

     Jangan ganggu. Kini aku mau tidur. Sama Sekali tidur. Jangan ada mimpi dan jangan ada apapun juga. Semua buruk dan durhaka.

     Kuhempaskan tubuhku yang  gembur, tenagaku yang terbengkalai dan jiwaku yang arang ke ranjang.

     Tengah malam sudah lewat, Kulemparkan handuk kecil basah ke kamar mandi mini di pojok. Diluar musik sudah surut.      Tinggal gemeremang suara beberapa lelaki, sesekali teriakan mabuk. Tapi  Simon lulusan Nusakambangan itu pasti bisa membereskan segala kemungkinan .

     Kupasrahkan segala kesendirianku di kasur. Tubuhku tergeletak dan semuanya lemas. Kuhembuskan nafas panjang, Tapi tak cukup panjang. Dadaku selalu sesak. Sahabatku dinding, atap, almari, kalender porno,  handuk-handuk- sebenarnya ini semua kehidupan macam apa ? Seorang perempuan, dari hari ke hari , dari jam ke jam , harus mengangkang….

     Kumatikan lampu, “ sudahlah ! aku mau tidur. Sebenar-benarnya tidur. “Tuhan, kenapa jarang ada tidur yang tanpa bangun kembali? Alangkah gampangnya itu bagiku. Namun baiklah. Asal sekarang ini jangan ada yang mengangguku. Kalau ada yang mengetuk pintu, akan kuteriaki. Kalau ia mengetuk lagi, teriakanku akanlebih keras. Kalau ia ulangi lagi, akan kubuka pintu sedikit dan kuludahi mukanya. Dan kalau ia masih mencoba merayu juga, akan kubunuh.

     Datanglah besok, pada jam kerja, semaumu. Nikmati tubuh dan senyumanku, kapan saja kau bernafsu. Tapi janga      n ganggu saat  sendiriku. Sebab tak bisa lagi aku tersenyum. Aku tak boleh tersenyum untuk diriku sendiri. Aku bisa kehabisan, sebab ratusan bahkan ribuan lelaki sudah menunggu untuk membeli dan karena itu mereka merasa berhak sepenuhnya untuk memiliki keramahanku.

     Padahal  aku sesungguhnya tak punya keramahan lagi. Coba siapa yang lebih bijak daripada pelacur? Tersenyum terus menerus kepada setiap lelaki, meladeninya seperti seorang permaisuri yang terbaik atau setidaknya seorang isteri teladan, melakukan segala kemauan tanpa boleh menolaknya kecuali aku kehilangan kemungkinan di hari-hari berikutnya. Aku harus ramah, supel, senyum, dalam keadaan apapun. Jadi hitunglah berapa kekuatan jiwa yang kubutuhkan untuk melakukan itu tanpa ada hentinya. Sedang pak Kyai didesaku sudah sukar tersenyum. Meladeni sekian ratus atau sekian ribu orang tiap hari dan ia menjadi patung yang mengulurkan tangannya. Tetapi ia dipercaya Tuhan , dan aku, hanya tergantung pada dagingku.

     Ah, kenapa mengeluh! Pelacur yang baik tak pernah mengeluh. Sekarang , “tidur, tidur….”
     Apalagi? Aku sudah hamper  menyelesaikan salah satu kesempurnaan hidupku di muka bumi ini.
Kini aku telah sampai pada lelaki ke -993. Bukan rekor yang cukup hebat, tapi ini ambang pintu kesempurnaan tersendiri bagiku. Tiga belas bulan sudah aku menekuni karierku ini, dengan berusaha sebaik-baiknya memenuhi segala aturan dan sopan santunnya.  Terhadap hampir semua lelaki, moral dan solidaritasku tinggi. Karena itu, sebagai primadona di salah satu wisma “Pasar Daging” ini, rata-rata aku menerima 8 lelaki. Dalam sebulan, kira-kira libur seminggu. Dan selama ini aku ambil cuti hampir dua bulan. Cobalah hitung sendiri. Rekorku pasti lebih tinggi kalau saja tidak cukup banyak lelaki yang mengulang hasratnya atasku beberapa kali…

     Dan besok kukira aku akanberpesta diam-diam dalam diriku, buat lelakiku yang keseribu. Tak tahu bagaimana, ini semua tak ada yang baik bagiku, tetapi ada hal yang menarik. Apa yang bisa menghiburku di dunia ini? Delapan lelaki setiap hari adalah hiburan yang berlebihan sehingga kehilangan daya hiburnya dan berubah menjadi kebosanan, kejenuhan dan rasa perih lahir batin. Minum? Sudah tidak terhitung lagi, jiwaku sudah kebal. Nonton? Tamasya? Main kartu? Semua sudah hampa. Jangan pula sebut  tentang  kata-kata manis dari mulut lelaki!

     Aku sudah mengecap segala yang manis dari laki-laki. Tetapi manis hanyalah manis dan kenyataan hidup adalah bau yang lain lagi. Suamiku dulu kurang apa? Anak muda yang manis, pengusaha swasta yang berhasil, caranya berjalan seperti pendekar dan mulutnya seperti pujangga. Segala mimpi dan bayangan tentang hari depan ada dalam genggamannya. Namun alasan terkuat  sehingga aku menjadi istrinya adalah karena aku mencintainya, tanpa aku pernah mencintai  lelaki manapun sebelumnya. Apa yang kurang?  orang  tuaku melarang kehendakku karena mempertimbangkan latar belakang lelakiku: perbedaan agama,lingkungan pergaulannya, serta, kata ibu,” cahaya matanya.”

     Akan tetapi kata orang, “Ini zaman perubahan, anak dan orang  tua tak akan bisa di pertemukan. Maka akhirnya ku tempuhlah riwayat paling buruk dengan orang tuaku. Kami lari. Aku berbahagia sebentar, sampai akhirnya perlahan-lahan tiba saat kehidupan ini menunjukkan kuku-kukunya yang asli. Suamiku nafasnya pendek. Keramahannya terhadapku singkat umurnya dan makin surut. Dan sederhana saja, belakangan kuyakini bahwa ia mulai bermain dengan sekian perempuan lagi, dan ia nampak bergembira karena itu.

      Teranglah sudah. Tak bisa kukuasai lukaku, tak bisa kurumuskan semua itu dengan pikiranku, dan untuk kembali ke orang tua aku amat sangat merasa dosa dan malu. Dan, untuk terperosok ke karierku yang baru ini, adalah kejadian yang sepele orang beli rokok, meskipun untuk itu aku kemudian hijrah ke kota yang jauh dari daerah kelahiranku. Soal surat-menyurat resmi? Sangat gampang dibereskan. Dan orang tuaku bukan keluarga yang cukup. Dengan kukirimi uang rutin, mulut mereka terkatup, meskipun ingatan tentang mereka merupakan siksaan sendiri bagiku. Janganlah persoalkan hal-hal sepele seperti itu. Bahkan di sini banyak kawan-kawanku yang memang sengaja dijual oleh suaminya, serta banyak contoh lain di antara puluhan ribu sahabat-sahabatku di kota ini.

     “Kenapa kau bisa sampai di sini, Nia ?” banyak sekali lelaki menanyakan seperti itu. Dan jawabanku sudah “kufotocopy” ratusan lembar. Sebab aku tahu tak ada pertanyaan lelaki yang mendalam. Mereka hanya “mesin” dari nafsunya, dan untuk hal-hal yang berbau cinta, kulayani mereka cukup dengan “kertas-kertas loakan” Cinta itu tidak ada. Karena itu terlalu banyak dibicarakan.

     “Kau pantas jadi bintang film!”. Ratusan lelaki memujiku. Dan mendengar itu selalu aku ingin berak. “Mau jadi istriku?” rayunya.

     “Kau yang jadi istriku, aku suamimu!” jawabku.

     “Aku tidak mengerti…”

     “Lelaki tak pernah mengerti!”

     “Tidak semua, Nia”

      ‘Ya, Tidak semua. Jika lelaki ialah perempuan, maka bisa mengerti.”

     “Aduh. Perempuan selalu membingungkan….”

     “Lelaki selalu membunuh perlahan-lahan!”

     Kalau sudah begitu mereka biasanya lantas putus asa dan cepat-cepat saja menggulatiku seperti monyet makan mangga. Tak ada bedanya. Semua yang mendatangiku adalah monyet-monyet. Biar ia sopir, pelaut, guru, pengusaha, mahasiswa, seniman, gali, penjudi, dosen, makelar, peternak, tuan tanah, pelayan, lurah, camat, jagal, pegawai, bandar, germo, botoh maupun bupati. Beberapa di antara mereka yang putus asa hidupnya, agak sedikit lebih baik. Yang lainnya menumpahkan segala dosa dan kehinaan di wajahku.

     Jadi, buat apa kupikirkan monyet-monyet?

     Sekarang, “Tidur, tidur….”

     Tidur lebih baik dari segala sesuatu. Kalau saja ada tidur yang terbebas dari kenyang dan lapar. Kalau saja ada kamar, sekecil apapun, yang memberiku tidur yang sekekal-kekalnya….

     Aku tersentak tiba-tiba oleh suara adzan yang keras. Mesjid hanya seratus meter dari tempatku ini. Jadi ini sudah pagi? Dan aku belum tidur sekejappun. Kuraih pil tidur di meja dan kutelan. Suara adzan terus mengalun dan mengejekku. Dalam warna-warni yang malang melintang di mataku, akhirnya aku lenyap ke dalam mimpi buruk. Mimpi seburuk-buruknya, yang bahkan tak pernah dialami oleh setan maupun malaikat.

     Tapi tak lama. Setidaknya begitu kurasakan. Dalam remang sakit batinku terdengar ketukan di pintu, “Nia! Nia! Bangun! Ada tamu!”Aku tergeragap dan meloncat dari ranjang. Iti suara Om Jiman, germo bossku, lelaki yang beruntung di dunia, tuan tanah yang kaya raya dan berkuasa penuh atas sawah-sawahnya, yang menyediakan sawah-sawah itu untuk disingkal, disingkal, disingkal, kapan saja ia mau.

     Kubuka pintu dan tersenyum. Lihat, aku tersenyum—inilah kemampuan dahsyat yang membuatku laris. Kulirik jam: 8.35 WIB .Gusti Allah, siapa gerangan lelaki yang di pagi buta begini sudah hendak beli sarapan? Kupandang tamuku itu: lelaki setengah tua gendut rapih dan berwajah pemabuk. Tak ada yang menarik. Tapi kuladeni juga seperti Ken Dedes meladeni Ken Arok. Masih sangat ngantuk dan tidur masih kuat menjadi bagian dari diriku. Tapi kuladeni. Juga lelaki berikutnya dan berikutnya lagi. Mas mas yang budiman, kenapa tak berbagi hasrat kepada sahabat-sahabatku di kamar lain, sesekali, meskipun sebagai sawah mereka kurang indah, kurang liat dan kenyal? Aku sesungguhnya bukanlah perampas ekonomi mereka.

     Namun hari ini, memang “Hari Besar ” bagiku . Di sore hari, dalam tubuh dan jiwa lungkrahku, sampailah aku di pelukan lelaki ke-1000 di ranjangku. Anak muda yang menarik, pakai jean dan bawa tustel. Kelihatannya ini pegawai surat kabar.

     “Mau memfoto aku bugil kan?” kucoba melangkahi maksudnya.

     Ia menggeleng dan tersaenyum, “Kau tak menghendaki itu kan?”

     Aku hampir menunduk. Tapi kutahankan. Tapi segala sikap dan perkataannya kepadaku sungguh lain. Aku agak gugup. Dan ini yang penting: ia tak menyetubuhiku! Aku makin gugup….

Demikianlah, kami hanya bersetubuh batin. Begitu singkat, tapi segala yang kupertahankan dibatinku ambrol. Tak tahu apa yang terjadi, tapi malam itu aku nangis….ini mimpi yang lain sama sekali. Tak tahu apa.

     Ternyata karierku menajak. Dan inilah yang sebenarnya ingin kukemukakan kepadamu. Dua hari kemudian Oom Jiman pagi-pagi menyodorkan padaku sebuah Koran. Di halaman pertama pojok bawah, terpancang fotoku serta segala cerita tentang diriku: korban lelaki binal, kini meladeni 8 orang tiap hari……

     Dan sebelum sempat kuselesaikan membacanya, datang dua lelaki membawa Koran yang sama. Memandangku dengan aneh, satunya tersenyum. Kemudian datang lagi dan lagi, lelaki dengan Koran di tangannya. Tingkah lakunya macam-macam, pendekatannya kepadaku beraneka ragam . Mereka antri di depan pintu. Kawan-kawanku sibuk menggunjingkanku. Ada yang senang, nelangsa, marah. Bagaimanapun aku yang memang cantik ini memang saingan mereka. Si Minah merampas koran dari salah seorang lelaki dan merobek-robeknya, kemudian menangis sekeras-kerasnya. Aku bingung, “Ayo, berapa lelaki merangkak diranjangku dalam sehari? Sepuluh? Dua belas ? lima belas?Atau lima orang sekaligus mau jadi babi mabuk di seputar tubuhku?” semoga aku mati sebelum hancur sama sekali. Semoga ada yang menulari Herpes ke tubuhku supaya kusebarkan ke seluruh lelaki yang datang dan meluas ke seantero kota dan seluruh negeri. Aku toh bisa menikamkan pisau ke perutku sewaktu-waktu…..


Dalam : Yang terhormat Nama saya
              By. EAN

Kamis, 19 Februari 2015

CERITA KOPI SUSU

GANG DOLLY, APA KABARMU??


Surabaya, Pas Malam Valentine Day
Sabtu, 14 Pebruari 2015

          Jalanan Surabaya agak sedikit sepi, maklum akhir pekan, mungkin banyak yang keluar kota mencari suasana baru. Berkendara melewati taman Bungkul tempat kongkow para muda-mudi paling favorit. Dan  tempat ziarah ke Sunan Bungkul, bagi para peziarah luar kota. Ditempat itu juga ada warung  kuliner favorit bagi pengemar Rawon, yaitu di warung sedap malam, yang terkenal dengan rawon kalkulatornya. Mengapa disebut demikian? Karena ketika menghitung makanan yang habis  kita santap mereka menghitungnya  bukan memakai kalkulator atau sin poa tetapi  pakai mulut dengan kecepatan hitung yang mungkin lebih cepatt dari  kalkulator elektronik yang asli.

           Bersama tiga kawan, selepas menikmati Rawon kalkulator, sejenak melepas kangen, karena sudah lama tidak ketemu. Sambil bercerita ngalor gidul terutama tentang telah ditutupnya prostitusi terbesar di asia tenggara, mengalahkan lokalisasi di Pat Pong, Bangkok Thailand dan Geylang di Singapura. Yaa.. gang Dolly begitulah orang mengenalnya sebagai kawasan “merah” yang terletak  tidak lebih dari 5 km dari kami sedang mengobrol. Maka atas kesepakatan bersama meluncurlah kami ke sana dengan tujuan menikmati suasana gang Dolly pasca ditutup hampir setahun yang lalu. Meluncurlah mobl kami ke arah jalan raya kupang Surabaya.

Jalanan terlihat ramai, saat itu sekitar 10 malam. Kendaraan hilir mudik didominasi kendaraan roda 2 dan kebanyakan laki-laki muda dan ada sedikit paruh baya. Agak masuk lagi kami memasuki kawasan jalan Jarak, yang dulu merupakan pusat dari Gang Dolly.Maka kami menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat parkir. Akhirnya dapat tempat parkir di sebuah pelataran yang mirip garasi. Dan memang tempat tersebut dibangun khusus untuk parkir dengan tarif Rp.10.000,- per dua jam.

“Agak sepi sekarang, boss,  sejak gang Dolly ditutup. “, terang sang juru parkir.
Gang Dolly, menurut situs Wikipedia dijelaskan bahwa Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman Belanda,.. oh betapa tuanya, negeri ini kalah tua yaa?? Awal mula gang itu berdiri ketika seorang perempuan keturunan Belanda yang terkenal dengan nama Tante DOLLY VAN DER MART, membuka sebuah tempat prostitusi untuk melayani para ekspatriat Belanda yang berprofesi sebagai pegawai kapal pemerintah Hindia Belanda. Karena jauh dari keluarga mereka di negeri Netherland, maka biasanya untuk melampiaskan kebutuhan biologis mereka bergundik dengan perempuan-perempuan yang disediakan oleh Tante Dolly. Dan menurut informasi yang beredar keturunana dari Tante Dolly tersebut sampai sekarang masih ada di Surabaya meskipun sudah tidak mengelola bisnis prostitusi itu lagi.

Kondisi Gang Dolly saat ini memang tidak seramai setahun lalu ketika komplek prostitusi ini belum di tutup oleh Pemda Kota Surabaya. Kini kondisinya sangat sepi, yang terlihat hanya para pedagang kaki lima dan mungkin warga penduduk asli setempat . Kalau dulu sehari, menurut sumber-sumber resmi bisa hilir mudik 10 ribu manusia , dengan omzet mencapai milyaran perhari. Tetapi sejak ditutup kondisinya berubah 180 derajat. Jalan-jalan masuk ke area prostitusi tidak ada lagi  makelar atau calo-calo yang menawarkan dan mempromosikan ke para pengunjung hidung belang agar bersedia mampir ke wisma-wisma tempat para pekerja sex komersial  itu berada. Tidak terlihat  lagi iklan promosi Bodi yang sangat vulgar yang mempertontonkan aurat para pekerjanya seperti melihat sebuah pajangan etalase baju di toko atau mall. Atau melihat perempuan berbaju sangat sexy di aquarium kaca yang tembus pandang, sekarang sudah ngak ada. Atau melihat sebuah pertunjukan fashion show dengan berbagai baju minim yang di pakai para pekerja, dan kalau ingin “memakai”nya kita tinggal tunjuk jari saja, jika sudah selesai tinggal bayar di kasir sambil menotal biaya kamar plus minuman yang sudah dihabiskan.

Walaupun tidak bisa bersih 100%, tentu masih ada yang buka praktek dengan cara terselubung tidak sevulgar dan seterbuka seperti dulu. Masih ada juga calo-calo yang menawarkan ke para kastamer walau harus kucing-kucingan dengan aparat satpol PP. Memang tidak mudah merubah kebiasaan dan budaya masyarkat yang sudah turun temurun bahkan mungkin sudah seabad dilakukan dilokalasasi tersebut. Bahkan menurut informasi yang pernah saya dengar dari seseorang dari lembaga agama resmi, sejak penutupan GANG DOLLY dan Lokalisasi Prostitusi lainnya di Jawa Timur. Timbul fenomena baru, yaitu prostitusi dengan kedok kawin kontrak yaitu kawin yang mempunyai durasi tertentu dan kemudian berpisah sesuai dengan kesepakatan antar mereka yang berkepentingan. Kalau di kalangan Syiah dikenal dengan istilah Kawin Mut’ah. Hal ini pernah penulis dengar langsung ketika mengikuti ceramah tentang ajaran-ajaran Syiah yang dianggap sessat, diantaranya tentang kawin mut’ah. Kawin yang bisa dilakukan tanpa perlu ada wali, asal ada kesepakatan antara pihak laki-laki dan perempuan dengan mas kawin tertentu dengan seorang kadi yang ditunjuk maka bisa langsung melakukan hubungan suami istri secara syah tanpa takut lagi digerebeg pihak berwenang. Di jelaskan juga tentang tarirfnya juga. NIkah jenis ini bisa dilakukan paling sedikit berjangka waktu 5 jam dan sampai tak terbatas waktu.  Asal sesuai dengan kesepakatan awal bagi pasangan suami-istri. Tidak ada proses talak kalau mau berpisah. Jadi kalau mau berpisah, yaa berpisah aja sesuai dengan kontrak awal yang telah disepakati. Fenomena ini ditemukan di daerah Tretes, Pandaan. Dan sampai sekarang masih berlangsung. Aparat pun kesulitan untuk menertibkan kaena ini sudah masuk wilayah privasi. Tidak menutup kemungkinan ini kasus-kasu seperti ini juga terjadi di Gang Dolly. Kalau dulu mencari uang dengan melacurkan diri, dianggap zina. Maka bagi PSK sekarang yang beroperasi dengan sistem mut’ah bisa jadi legal, bahkan mendapatkan legitimasi baru dengan yaitu kawin MUT’AH. Kalau dulu haram maka sekarang pekerjaan itu menadi Halal menurut Pandangan dari kaum Syiah, makanya perkembangan kaum Syiah di Jawa Timur termasuk yang paling tinggi sejak penutupan gang Dolly. Karena para PSK menggunakan Dalil ini untuk melanggengkan pekerjaannya. Makanya MUI jatim lewat Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk melarang penyebaran paham SYIAH di jawa Timur.

            Yaa..itulah kenyataan yang ada, bahwa penutupan Gang Dolly atau Prostitusi lainnya tidak akan menjamin bahwa perzinaan akan hilang, malah akan menyebar kemana-mana, tanpa bisa terkontrol lagi oleh pihak  berwenang terutama tentang kesehatannya. Proses penyebaran hanya akan bisa berhenti dengan cara yaitu Menebalkan iman dan takwa. Proses itu berlangsung dengan kerja sama komponen masyarakat, utamanya kaum agamawan,  intelektual, birokrat dan semua yang perduli akan pencegahan dan penanggulangan penyakit masyarakat ini. Kalau tidak ada yang  berminat (demand)  khan pasti tidak ada yang jual (Supplay).Karena Prostitusi ini  adalah musuh dan sekaligus kawan bagi manusia sejak manusia hadir dimuka bumi, mereka selalu senantiasa menghiasi muka bumi dan menjadi musuh bersama tetapi sampai saat ini belum bisa diberantas.

Cara Mengenyahkannya hanya satu : Kita tidak tinggal di bumi atau mereka kita lokalisasi diluar bumi…
Yaa…sudah malam saatnya kembali menebar mimpi di Bumi Manusia. Jejak langkah kita hari ini semoga menjadi panduan yang lebih posistif untuk jejak langkah esok hari.


Surabaya, malam-malam tanpa Bothokz.
 12022015
Harjuno Hariyanto


POJOK CAK NUN : KYai SUDRUN GUGAT

KYai  SUDRUN GUGAT
Kau Kira Kau Segala-galanya Bagi Umat

            BIASANYA Sudrun memang mendadak datang dibilik saya lewat tengah malam, untuk mengingatkan agar saya jangan sampai tertidur pada saat-saat paling bening seperti itu. Justru ketika hampir semua orang berbaring lelap, ketika berbagai jenis kesibukan duniawi sedang beristirahat. Tapi tadi malam, Sudrun hadir tidak untuk itu. Ia tidak duduk dibibir ranjang dan mengusap jidat saya dengan wajah tersenyum seperti biasanya, melainkan berdiri di pojok ruang. Tangannya bersedekap dan matanya melotot merah padam ke arah saya
.
            “Masya Allah…. Ada apa, Drun?” terloncat pertanyaan dari mulut saya.
            “Ada apa… ada apa Ndasmu!”, ia membentak dengan ketus.
            Saya terhenyak bangun, terbelalak mata saya, karena sungguh-sungguh tidak paham apa yang terjadi pada sahabat saya ini.
            “Kali ini saya tidak bisa memaafkanmu, saya tidak bersedia memohonkan ampun kepada Tuhan untukmu!”, katanya lagi. “Dan kalau mungkin nanti Tuhan bertanya kepada saya apakah sebaiknya kamu dimaafkan, akan saya kemukakan pendapat bahwa kamu harus membayarkan ongkos yang sangat mahal untuk mungkin memperoleh ampunan. Soalnya kamu ini main-main…..”
            “Apa-apaan ini? Main-main apa?”, saya memotong.
            “Kamu ini artis, tapi merasa kyai. Kamu ini pedagang, tapi merasa jadi juru Dakwah!”.
            “Lho-lho….”, saya semakin tidak paham. “Omong apa ini! Artis bagaimana? Pedaganga bagaimana??”.
            Tapi rupaya Sudrun tidak peduli pada ketidakpahaman saya. Ia meraih peci saya di meja dan memasukannya ke tasnya sambil menggerundel. “ Kamu pikir peci ini tanda kemusliman atau kekiaianmu? Dulu salah seorang tokoh PKI juga tiap hai pakai peci ini!”.
            Kemudian, surban yang tersampir di sandaran kursi diambilnya pula dengan kasar, ia lemparkan keatas almari. “Selembar kain yang membuat jutaan orang terserang takhayul! Sehingga, mereka percaya pada sesuatu yang tidak bisa dipercaya, sehingga mereka merindukan hal-hal yang sesungguhnya tidak ada!.”
            Ia terus  menyerbu dengan gencar.
            “Dan, kamu menikmati takhayul itu. Kamu menikmati kebodohan massal orang-orang yang mengerumunimu. Hanya dengan uluk salam yang fasih dan kutipan satu dua firman ditambah kelicinan mengelitik telinga, mereka percaya bahwa kamu adalah segala-galanya?.’’

            Tiba-tiba satu tangannya memegang dagu saya, mendongakkannya dan menghadapkan air mukanya yang amat keras ke wajahku. Dan, yang paling celaka dari segala celaka rutin massal itu, kamu tahu apa? Ialah bahwa kamu sendiri percaya bahwa kamu adalah segala-galanya bagi umatmu!.

            Saya tertunduk lemas. Saya sungguh-sungguh tidak mengerti semua ini.
            “Kamu adalah makluk biasa ciptaan Tuhan yang dijunjung-junjung oleh sejuta orang. Tiap hari dijunjung-jungjung, setiap saat disanjung-sanjung, sehingga kamu sendiri akhirnya yakin bahwa kamu memang pantas dijunjung-junjung dan disanjung-sanjung. Sejuta orang memusatkan perhatian dan cintanya kepadamu. Sejuta orang bersetia kepadamu, seharian  dibawah terik matahari dan guyuran hujan. Sejuta orang beranggapan bahwa kamu sedemikian pentingnya bagi mereka, hampir melebihi pentingnya TUHAN  itu sendiri. Maka, akhirnya kamu sendiri menomorsatukan dirimu, mengutamakan nama besarmu, melahap posisimu. Kamu lupa bahwa Kamu tidak penting. Kamu lupa bahwa jangankan kamu, bahkan alam semesta dan seluruh isinya pun tidak penting, yakni pada saat kamu tenggelam di dalam kesunyian cintamu yang tunggal dan utuh kepada TUHANmu. Kamu lupa bahwa kamu ini bukan apa-apa…..”
            “Lantas, kamu pikir apa kamu ini apa-apa?”, kali ini saya membentak.
            “Apalagi aku!”, ia mengejek. “Kamu saja tidak penting, apalagi aku. Justru karena aku tahu terus-menerus bahwa aku bukan apa-apa, maka aku punya posisi dan kewajiban mengingatkanmu bahwa kamu ini pun bukan apa-apa. Mulutmu yang manis bukanlah bikinanmu, Suaramu yang melengking bukanlah produkmu. Retorika dan orasi romatikmu bukan hasil kehendakmu. Bahkan, kamu tidak pernah sanggup menciptakan sehelai rambutpun. Jadi kenapa kamu merasa penting, sehingga kamu sedemikian dahsyat mengomoditisasikan pentingnya kamu di mata berjuta-juta orang itu. Lantas manajemenmu kacau. Lantas, kamu sanggupi tumpukan keharusan yang tidak sanggup kamu penuhi. Lantas, terpaksa ingkar janji kepada nasabah-nasabah dan konsumen-konsumen tertentu disuatu daerah? Apa kamu ini bintang film? Apa kamu ini produser? Yang memasang broker-broker disetiap propinsi yang memperoleh laba dari perniagaan keartisanmu??
            Sedangkan pedagang yang asli saja pun tetap setia untuk berdisiplin memasok pesanan-pesanan yang sudah terkonfirmasi. Kalau toko sudah terlanjur membayarkan uang panjar dan memesan barang ke sebuah perusahaan pemasok, lantas pada saatnya barang itu ternyata tidak datang, ia tidak akan menerima alibi “manusia merencanakan tapi Tuhan jua yang menentukan”. Pedagang saja tidak logis dan etis beralibi demikian, apalagi kamu!” Ia mengepalkan kedua tangannya. “Aku sudah bosan mendengar berita semacam itu berulang-ulang!”.
            Sudrun terengah-engah sendiri oleh serbua-serbuan gencarnya kepada saya.


KYAI SUDRUN GUGAT by EAN, 1994

Selasa, 17 Februari 2015

CERITA KHAS BOTHOK di PAGI SUNYI

Bothok dan Diri

      Bothok, makanan khas Jawa Timuran yang biasanya terbungus dengan daun pisang. Kita tidak pernah tahu apa yang ada dibalik bungkusnya yang rapat, tetapi kalau kita sudah familiar dengan mengkonsumsi makanan tersebut, maka akan dengan mudah kita bisa menebak komposisi dari bothok tersebut. Setiap  kita pasti pernah atau bahkan sering mengkonsumsinya. Karena komposisi bothok ini sangat khas, yaitu campuran dari parutan kelapa muda, cabe, rempah-rempah dan bahan bumbu khas lainnya. Serta biasa ditambah dengan tahu, tempe, udang atau bahkan ikan kecil-kecil/ikan teri. Hmhm…membayangkan kelezatannya pasti mengoda.

     Begitu juga dengan kita, manusia, makhluk homo sapien. Makhluk terakhir yang diciptakan oleh Allah secara sempurna, dan ditunjuk sebagai KhalifahNya di muka bumi. Dibalik dada kita masing-masing, tersimpan pula segumpal organ yang spesifik tiap individunya, namanya Jantung..yaa biasanya kita menyebutnya sebagai hati, inilah tempat segala sumber kehidupan kita, Tak seorang pun didunia ini yang mempunyai organ yang sama dan identik, baik dalam bentuk, susunan jaringan, ataupun jumlah denyutannya perdetik,. Dalam Kehidupan sehari-hari semua gejala kehidupan dapat diresponnya. Respon yang baik ataupun yang buruk semuanya dapat di kenalinya. Tiap orang akan mempunyai sistem respon yang berbeda, karena memang susunan jantungnya yang berbeda-beda tiap individu. Bagaimana kita merespon terhadap jalan hidup dan rintangannya dalam kehidupan, semuanya tergantung dari seberapa kuat jantung kita meresponnya.
    
    Cara kita mengatasi situasi-situasi rintangan dalam hidup, akan menentukan arah hidup kita, entah kita akan hidup dengan ketakuatan dan amarah atau dengan sikap pasrah atau ceria. Semuanya tergantung dari seberapa besar respon jantung kita serta pengalaman dan pendidikan yang telah kita jalani.

     Kebijaksanaan religious membuktikan bahwa banyak sekali rintangan-rintangan itu sebagai guru terbaik bagi kita. Rintangan-rintangan menyadarkan bahwa kita mempunyai KEKUATAN, mengingatkan bagian-bagian mana dalam diri kita yang perlu DIPERBAIKI., menunjukan rasa PERCAYA DIRI, dan memaksa kita menerima semua yang diluar kekuasaan kita. Hanya ada dua pilihan dalam hidup kita, ketika kita menemukan masalah dalam hidup,yaitu, memilih mencintai TUHAN dan berusaha mengenalNYA lebih baik ataukah berpaling dan Memunggungi-NYA. Semuanya kita kembalikan pada seberapa kita percaya pada TUHAN… karena tiap manusia mempunyai persepsi  yang berbeda tentang Kepercayaannya pada TUHAN.

     Jadi, antara bothok dan diri kita ada kemiripan dalam cara mempersepsikannya, so..jangan pernah menilai isi bothok sebelum membuka dan menikmatinya. Serta jangan pernah juga menilai perilaku seseorang dari apa yang dilihatsaja  sebelum benar-benar tahu isi dalam  HATINYA.

So, Bothokzisme…. Selalu berproses menuju kemanusian dan hidup dalam kesejatian abadi.

#Salam_BothokZ_Selalu

Senin, 16 Februari 2015

CERITA BOTHOKZISME SEBAGAI ALAT MENUJU JALAN SUNYI

Saat pagi yang sunyi, seorang sahabat lama berkunjung, kira-kira sudah 20 tahun ngak ketemu:

+ “mas, ketok enom ae opo resepe??”, tanyanya. Sambil Udud sigeretnya.
_’ “ di akehi turune, hehehehe”, jawabku
-          “ Iyo ta? Mas?”.
-“ Pandangan hidup e sampeyan ketok e sudah berubah yaa mass??”, tanyanya lagi
+” ngak juga, Masih tetep alirannya, aliran melawan arus.”Sambil ku perhatikan wajah sendunya
- “ kok, ngono mas?”
+ “Iyolah tetep kayak dulu, NasAKom…tetapi bukan Nasionalis, Agama, dan komunisme tetapi ada aliran baru yang lebih menantang yaitu Nasi SAmbal plus KOpi Manis, dan bukan lagi Bholsevisme tapi Bothokisme. Kalau dulu Gurunya khan Kyai Karl Marx, Gus Lenin, Pak De Karno dengan DBRnya, dan Juga Kitab-kitab Injil, Taurat, Negarakertagama, dan buku Kiri lainnya, maka sekarang ditambah sedikit QUR’AN... sethitik ae.sebab e yoo maklum yoo moco ne rodhok-rodhok gagap dan plegak-pleguk. Maklum Ilate wes tuwek.Tapi Saiki lek blajar wess enak kok…opo-opo tinggal klak-klik aja di Mbah Kyai GOGGLE, dia lebih tahu dari semua orang yang pernah hidup di bumi ini. Jadinya ngak perlu mlebu sekolah khusus untuk belajar sesuatu. Opo maneh awak dewe wes tuwek ngene”

-          “pancet ae mas..sampeyan ngak isok ninggalo seneng moco…lek awak dewe iki..wes males boss..”
+ Iyo awakmu golek duwet ae sing akeh..  kalau aku khan ngak akeh sing diurusi, ngak ngurusi  bisnis gede, cuman sak cuil ae..yo tibo tangi… ngak juga ngurusi negoro…wong cilik koyok awak dewe ngak berhak ngurusi, ngomong, opo maneh  dadi punggowo e negoro..wah iso-sok dulik ae…negoro iki isok bakal lebih hancur..hehheh
-          “Bothokisme iku opo seh , mas??. Aku kok ngak tahu ngerti. Opo iku semacam jenis panganan ngono ta?”

+ “Iyo bener awakmu, memang BOTHOKZISME, berasal dari kata bothok, makanan yang terbuat dari gabungan kelapa yang masih muda, terus diparut ditambahi bumbu-bumbu tertentu, plus di tambahin sama tempe, tahu ataupun udang, ataupun iwak-iwak cilik alias ikan teri. Bothok ini merupakan makanan favorit dan biasa kami beli dipasar tiap pagi atau bahkan kadang kami membeliny agak banyak, biasa buat stok sampai malam di rumah nongkrong kami. Biasanya sambil makan,dan setelah selasai makan, kita cerita-cerita atau  berdiskusi ngalor ngidul, mulai dari masalah-masalah yang “up to date” hari itu ataupun tentang hal-hal yang bersifat agama, teknologi terkini dan muktahir,ngomongin  filsafat, mulai dari big bang sampai black hole. Ataupun ngomongin dari kitab suci mulai ayat pertama sampai terakhir, atapun membicarakan bisnis yang sedang kami jalankan. Ngak jelas pokok bahasannya tergantung dari yang turun dari langit aja…Yaa..pokoknya mengalir aja. Tujuannya sih cuman satu aja membuka diri dan menjadi manusia universal, manusia sejati yang tahu bahwa kita adalah manusia utama dan harus berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain. Gitu aja sih. Komunitas kami memang ngak banyak, tetapi pemahaman tentang kehidupan dan kemanusaian masing-masing personny aku jamin mumpuni deh….Akhirnya lama –lama jaringan kami semakin meluas, perbincangan semakin instensif  dan diskusinya pun semakin tambah menarik maka kita membuat forum yang kita nakamakan “Forum Kaum  BOTHOKERZ”, dengan pandangan hidup forumnya kita sebut BOTHOKZISME tadi.

-          “oalah..ngono ta cak??”  asyik juga ketokane..pingin melu aku.Oleh ta wak Gus?”
-          Yaa…oleh ae , sing penting saling open mind aja kita terhadap ssesuatu ngak ada guru dan murid semuanya cuman tukar menukar infromasi dan pengalaman aja..dan yang paling penting bisa menyantap BOTHOK Tiap pagi …
-           
-          Wes lek ngono tak tinggal dilek yooo, see you…
-          “See you… I mizz you…”
-           
-          #Salam-BOTHOKERZ_ Sampek_Tuwek

Sby, 17022015