GANG DOLLY, APA KABARMU??
Surabaya, Pas Malam Valentine Day
Sabtu, 14 Pebruari 2015
Jalanan
Surabaya agak sedikit sepi, maklum akhir pekan, mungkin banyak yang keluar kota
mencari suasana baru. Berkendara melewati taman Bungkul tempat kongkow para
muda-mudi paling favorit. Dan tempat ziarah
ke Sunan Bungkul, bagi para peziarah luar kota. Ditempat itu juga ada warung kuliner favorit bagi pengemar Rawon, yaitu di
warung sedap malam, yang terkenal dengan rawon kalkulatornya. Mengapa disebut
demikian? Karena ketika menghitung makanan yang habis kita santap mereka menghitungnya bukan memakai kalkulator atau sin poa tetapi pakai mulut dengan kecepatan hitung yang
mungkin lebih cepatt dari kalkulator elektronik
yang asli.
Bersama
tiga kawan, selepas menikmati Rawon kalkulator, sejenak melepas kangen, karena
sudah lama tidak ketemu. Sambil bercerita ngalor gidul terutama tentang telah
ditutupnya prostitusi terbesar di asia tenggara, mengalahkan lokalisasi di Pat
Pong, Bangkok Thailand dan Geylang di Singapura. Yaa.. gang Dolly begitulah orang
mengenalnya sebagai kawasan “merah” yang terletak tidak lebih dari 5 km dari kami sedang
mengobrol. Maka atas kesepakatan bersama meluncurlah kami ke sana dengan tujuan
menikmati suasana gang Dolly pasca ditutup hampir setahun yang lalu. Meluncurlah
mobl kami ke arah jalan raya kupang Surabaya.
Jalanan
terlihat ramai, saat itu sekitar 10 malam. Kendaraan hilir mudik didominasi
kendaraan roda 2 dan kebanyakan laki-laki muda dan ada sedikit paruh baya. Agak
masuk lagi kami memasuki kawasan jalan Jarak, yang dulu merupakan pusat dari
Gang Dolly.Maka kami menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat parkir.
Akhirnya dapat tempat parkir di sebuah pelataran yang mirip garasi. Dan memang
tempat tersebut dibangun khusus untuk parkir dengan tarif Rp.10.000,- per dua
jam.
“Agak sepi
sekarang, boss, sejak gang Dolly
ditutup. “, terang sang juru parkir.
Gang Dolly, menurut
situs Wikipedia dijelaskan bahwa Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman
Belanda,.. oh betapa tuanya, negeri ini kalah tua yaa?? Awal mula gang itu
berdiri ketika seorang perempuan keturunan Belanda yang terkenal dengan nama
Tante DOLLY VAN DER MART, membuka sebuah tempat prostitusi untuk melayani para
ekspatriat Belanda yang berprofesi sebagai pegawai kapal pemerintah Hindia
Belanda. Karena jauh dari keluarga mereka di negeri Netherland, maka biasanya
untuk melampiaskan kebutuhan biologis mereka bergundik dengan
perempuan-perempuan yang disediakan oleh Tante Dolly. Dan menurut informasi
yang beredar keturunana dari Tante Dolly tersebut sampai sekarang masih ada di
Surabaya meskipun sudah tidak mengelola bisnis prostitusi itu lagi.
Kondisi Gang
Dolly saat ini memang tidak seramai setahun lalu ketika komplek prostitusi ini
belum di tutup oleh Pemda Kota Surabaya. Kini kondisinya sangat sepi, yang
terlihat hanya para pedagang kaki lima dan mungkin warga penduduk asli setempat
. Kalau dulu sehari, menurut sumber-sumber resmi bisa hilir mudik 10 ribu
manusia , dengan omzet mencapai milyaran perhari. Tetapi sejak ditutup
kondisinya berubah 180 derajat. Jalan-jalan masuk ke area prostitusi tidak ada
lagi makelar atau calo-calo yang menawarkan
dan mempromosikan ke para pengunjung hidung belang agar bersedia mampir ke
wisma-wisma tempat para pekerja sex komersial
itu berada. Tidak terlihat lagi
iklan promosi Bodi yang sangat vulgar yang mempertontonkan aurat para
pekerjanya seperti melihat sebuah pajangan etalase baju di toko atau mall. Atau
melihat perempuan berbaju sangat sexy di aquarium kaca yang tembus pandang,
sekarang sudah ngak ada. Atau melihat sebuah pertunjukan fashion show dengan
berbagai baju minim yang di pakai para pekerja, dan kalau ingin “memakai”nya kita
tinggal tunjuk jari saja, jika sudah selesai tinggal bayar di kasir sambil
menotal biaya kamar plus minuman yang sudah dihabiskan.
Walaupun tidak
bisa bersih 100%, tentu masih ada yang buka praktek dengan cara terselubung tidak
sevulgar dan seterbuka seperti dulu. Masih ada juga calo-calo yang menawarkan
ke para kastamer walau harus kucing-kucingan dengan aparat satpol PP. Memang
tidak mudah merubah kebiasaan dan budaya masyarkat yang sudah turun temurun bahkan
mungkin sudah seabad dilakukan dilokalasasi tersebut. Bahkan menurut informasi
yang pernah saya dengar dari seseorang dari lembaga agama resmi, sejak
penutupan GANG DOLLY dan Lokalisasi Prostitusi lainnya di Jawa Timur. Timbul
fenomena baru, yaitu prostitusi dengan kedok kawin kontrak yaitu kawin yang
mempunyai durasi tertentu dan kemudian berpisah sesuai dengan kesepakatan antar
mereka yang berkepentingan. Kalau di kalangan Syiah dikenal dengan istilah Kawin
Mut’ah. Hal ini pernah penulis dengar langsung ketika mengikuti ceramah tentang
ajaran-ajaran Syiah yang dianggap sessat, diantaranya tentang kawin mut’ah.
Kawin yang bisa dilakukan tanpa perlu ada wali, asal ada kesepakatan antara
pihak laki-laki dan perempuan dengan mas kawin tertentu dengan seorang kadi
yang ditunjuk maka bisa langsung melakukan hubungan suami istri secara syah
tanpa takut lagi digerebeg pihak berwenang. Di jelaskan juga tentang tarirfnya
juga. NIkah jenis ini bisa dilakukan paling sedikit berjangka waktu 5 jam dan
sampai tak terbatas waktu. Asal sesuai
dengan kesepakatan awal bagi pasangan suami-istri. Tidak ada proses talak kalau
mau berpisah. Jadi kalau mau berpisah, yaa berpisah aja sesuai dengan kontrak awal
yang telah disepakati. Fenomena ini ditemukan di daerah Tretes, Pandaan. Dan
sampai sekarang masih berlangsung. Aparat pun kesulitan untuk menertibkan kaena
ini sudah masuk wilayah privasi. Tidak menutup kemungkinan ini kasus-kasu
seperti ini juga terjadi di Gang Dolly. Kalau dulu mencari uang dengan
melacurkan diri, dianggap zina. Maka bagi PSK sekarang yang beroperasi dengan sistem
mut’ah bisa jadi legal, bahkan mendapatkan legitimasi baru dengan yaitu kawin
MUT’AH. Kalau dulu haram maka sekarang pekerjaan itu menadi Halal menurut
Pandangan dari kaum Syiah, makanya perkembangan kaum Syiah di Jawa Timur
termasuk yang paling tinggi sejak penutupan gang Dolly. Karena para PSK
menggunakan Dalil ini untuk melanggengkan pekerjaannya. Makanya MUI jatim lewat
Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk melarang
penyebaran paham SYIAH di jawa Timur.
Yaa..itulah kenyataan yang ada,
bahwa penutupan Gang Dolly atau Prostitusi lainnya tidak akan menjamin bahwa
perzinaan akan hilang, malah akan menyebar kemana-mana, tanpa bisa terkontrol
lagi oleh pihak berwenang terutama
tentang kesehatannya. Proses penyebaran hanya akan bisa berhenti dengan cara
yaitu Menebalkan iman dan takwa. Proses itu berlangsung dengan kerja sama
komponen masyarakat, utamanya kaum agamawan, intelektual, birokrat dan semua yang perduli
akan pencegahan dan penanggulangan penyakit masyarakat ini. Kalau tidak ada
yang berminat (demand) khan pasti tidak ada yang jual
(Supplay).Karena Prostitusi ini adalah
musuh dan sekaligus kawan bagi manusia sejak manusia hadir dimuka bumi, mereka
selalu senantiasa menghiasi muka bumi dan menjadi musuh bersama tetapi sampai
saat ini belum bisa diberantas.
Cara Mengenyahkannya hanya satu :
Kita tidak tinggal di bumi atau mereka kita lokalisasi diluar bumi…
Yaa…sudah malam saatnya kembali
menebar mimpi di Bumi Manusia. Jejak langkah kita hari ini semoga menjadi
panduan yang lebih posistif untuk jejak langkah esok hari.
Surabaya, malam-malam tanpa
Bothokz.
12022015
Harjuno Hariyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar