Kamis, 19 Februari 2015

CERITA KOPI SUSU

GANG DOLLY, APA KABARMU??


Surabaya, Pas Malam Valentine Day
Sabtu, 14 Pebruari 2015

          Jalanan Surabaya agak sedikit sepi, maklum akhir pekan, mungkin banyak yang keluar kota mencari suasana baru. Berkendara melewati taman Bungkul tempat kongkow para muda-mudi paling favorit. Dan  tempat ziarah ke Sunan Bungkul, bagi para peziarah luar kota. Ditempat itu juga ada warung  kuliner favorit bagi pengemar Rawon, yaitu di warung sedap malam, yang terkenal dengan rawon kalkulatornya. Mengapa disebut demikian? Karena ketika menghitung makanan yang habis  kita santap mereka menghitungnya  bukan memakai kalkulator atau sin poa tetapi  pakai mulut dengan kecepatan hitung yang mungkin lebih cepatt dari  kalkulator elektronik yang asli.

           Bersama tiga kawan, selepas menikmati Rawon kalkulator, sejenak melepas kangen, karena sudah lama tidak ketemu. Sambil bercerita ngalor gidul terutama tentang telah ditutupnya prostitusi terbesar di asia tenggara, mengalahkan lokalisasi di Pat Pong, Bangkok Thailand dan Geylang di Singapura. Yaa.. gang Dolly begitulah orang mengenalnya sebagai kawasan “merah” yang terletak  tidak lebih dari 5 km dari kami sedang mengobrol. Maka atas kesepakatan bersama meluncurlah kami ke sana dengan tujuan menikmati suasana gang Dolly pasca ditutup hampir setahun yang lalu. Meluncurlah mobl kami ke arah jalan raya kupang Surabaya.

Jalanan terlihat ramai, saat itu sekitar 10 malam. Kendaraan hilir mudik didominasi kendaraan roda 2 dan kebanyakan laki-laki muda dan ada sedikit paruh baya. Agak masuk lagi kami memasuki kawasan jalan Jarak, yang dulu merupakan pusat dari Gang Dolly.Maka kami menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat parkir. Akhirnya dapat tempat parkir di sebuah pelataran yang mirip garasi. Dan memang tempat tersebut dibangun khusus untuk parkir dengan tarif Rp.10.000,- per dua jam.

“Agak sepi sekarang, boss,  sejak gang Dolly ditutup. “, terang sang juru parkir.
Gang Dolly, menurut situs Wikipedia dijelaskan bahwa Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman Belanda,.. oh betapa tuanya, negeri ini kalah tua yaa?? Awal mula gang itu berdiri ketika seorang perempuan keturunan Belanda yang terkenal dengan nama Tante DOLLY VAN DER MART, membuka sebuah tempat prostitusi untuk melayani para ekspatriat Belanda yang berprofesi sebagai pegawai kapal pemerintah Hindia Belanda. Karena jauh dari keluarga mereka di negeri Netherland, maka biasanya untuk melampiaskan kebutuhan biologis mereka bergundik dengan perempuan-perempuan yang disediakan oleh Tante Dolly. Dan menurut informasi yang beredar keturunana dari Tante Dolly tersebut sampai sekarang masih ada di Surabaya meskipun sudah tidak mengelola bisnis prostitusi itu lagi.

Kondisi Gang Dolly saat ini memang tidak seramai setahun lalu ketika komplek prostitusi ini belum di tutup oleh Pemda Kota Surabaya. Kini kondisinya sangat sepi, yang terlihat hanya para pedagang kaki lima dan mungkin warga penduduk asli setempat . Kalau dulu sehari, menurut sumber-sumber resmi bisa hilir mudik 10 ribu manusia , dengan omzet mencapai milyaran perhari. Tetapi sejak ditutup kondisinya berubah 180 derajat. Jalan-jalan masuk ke area prostitusi tidak ada lagi  makelar atau calo-calo yang menawarkan dan mempromosikan ke para pengunjung hidung belang agar bersedia mampir ke wisma-wisma tempat para pekerja sex komersial  itu berada. Tidak terlihat  lagi iklan promosi Bodi yang sangat vulgar yang mempertontonkan aurat para pekerjanya seperti melihat sebuah pajangan etalase baju di toko atau mall. Atau melihat perempuan berbaju sangat sexy di aquarium kaca yang tembus pandang, sekarang sudah ngak ada. Atau melihat sebuah pertunjukan fashion show dengan berbagai baju minim yang di pakai para pekerja, dan kalau ingin “memakai”nya kita tinggal tunjuk jari saja, jika sudah selesai tinggal bayar di kasir sambil menotal biaya kamar plus minuman yang sudah dihabiskan.

Walaupun tidak bisa bersih 100%, tentu masih ada yang buka praktek dengan cara terselubung tidak sevulgar dan seterbuka seperti dulu. Masih ada juga calo-calo yang menawarkan ke para kastamer walau harus kucing-kucingan dengan aparat satpol PP. Memang tidak mudah merubah kebiasaan dan budaya masyarkat yang sudah turun temurun bahkan mungkin sudah seabad dilakukan dilokalasasi tersebut. Bahkan menurut informasi yang pernah saya dengar dari seseorang dari lembaga agama resmi, sejak penutupan GANG DOLLY dan Lokalisasi Prostitusi lainnya di Jawa Timur. Timbul fenomena baru, yaitu prostitusi dengan kedok kawin kontrak yaitu kawin yang mempunyai durasi tertentu dan kemudian berpisah sesuai dengan kesepakatan antar mereka yang berkepentingan. Kalau di kalangan Syiah dikenal dengan istilah Kawin Mut’ah. Hal ini pernah penulis dengar langsung ketika mengikuti ceramah tentang ajaran-ajaran Syiah yang dianggap sessat, diantaranya tentang kawin mut’ah. Kawin yang bisa dilakukan tanpa perlu ada wali, asal ada kesepakatan antara pihak laki-laki dan perempuan dengan mas kawin tertentu dengan seorang kadi yang ditunjuk maka bisa langsung melakukan hubungan suami istri secara syah tanpa takut lagi digerebeg pihak berwenang. Di jelaskan juga tentang tarirfnya juga. NIkah jenis ini bisa dilakukan paling sedikit berjangka waktu 5 jam dan sampai tak terbatas waktu.  Asal sesuai dengan kesepakatan awal bagi pasangan suami-istri. Tidak ada proses talak kalau mau berpisah. Jadi kalau mau berpisah, yaa berpisah aja sesuai dengan kontrak awal yang telah disepakati. Fenomena ini ditemukan di daerah Tretes, Pandaan. Dan sampai sekarang masih berlangsung. Aparat pun kesulitan untuk menertibkan kaena ini sudah masuk wilayah privasi. Tidak menutup kemungkinan ini kasus-kasu seperti ini juga terjadi di Gang Dolly. Kalau dulu mencari uang dengan melacurkan diri, dianggap zina. Maka bagi PSK sekarang yang beroperasi dengan sistem mut’ah bisa jadi legal, bahkan mendapatkan legitimasi baru dengan yaitu kawin MUT’AH. Kalau dulu haram maka sekarang pekerjaan itu menadi Halal menurut Pandangan dari kaum Syiah, makanya perkembangan kaum Syiah di Jawa Timur termasuk yang paling tinggi sejak penutupan gang Dolly. Karena para PSK menggunakan Dalil ini untuk melanggengkan pekerjaannya. Makanya MUI jatim lewat Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk melarang penyebaran paham SYIAH di jawa Timur.

            Yaa..itulah kenyataan yang ada, bahwa penutupan Gang Dolly atau Prostitusi lainnya tidak akan menjamin bahwa perzinaan akan hilang, malah akan menyebar kemana-mana, tanpa bisa terkontrol lagi oleh pihak  berwenang terutama tentang kesehatannya. Proses penyebaran hanya akan bisa berhenti dengan cara yaitu Menebalkan iman dan takwa. Proses itu berlangsung dengan kerja sama komponen masyarakat, utamanya kaum agamawan,  intelektual, birokrat dan semua yang perduli akan pencegahan dan penanggulangan penyakit masyarakat ini. Kalau tidak ada yang  berminat (demand)  khan pasti tidak ada yang jual (Supplay).Karena Prostitusi ini  adalah musuh dan sekaligus kawan bagi manusia sejak manusia hadir dimuka bumi, mereka selalu senantiasa menghiasi muka bumi dan menjadi musuh bersama tetapi sampai saat ini belum bisa diberantas.

Cara Mengenyahkannya hanya satu : Kita tidak tinggal di bumi atau mereka kita lokalisasi diluar bumi…
Yaa…sudah malam saatnya kembali menebar mimpi di Bumi Manusia. Jejak langkah kita hari ini semoga menjadi panduan yang lebih posistif untuk jejak langkah esok hari.


Surabaya, malam-malam tanpa Bothokz.
 12022015
Harjuno Hariyanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar