Kamis, 12 Maret 2015

POJOK CAK NUN : Hasan dan Husein (2)


J
ihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allahmelalui perjuangan kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seorang sudah terpojok, bedil didepan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan dan segalah hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu : Allah.

     Jika Ia sendirilah yang merupakan Tuan Rumah dalam kehidupannya, maka kematia adalah sesuatu yang dirindukan. Maka, ia terus bersemangat untuk berperang. Bukan karena perang itu sakit atau nikmat, melainkan karena Allah memberinya jalan syahid tanpa hambatan dunia. Maka peluruh musuh tidak di hindarinya, melainkan disongsongnya.

Karena itu, bisa dipahami tatkala pasukan koalisi pimpinan AS kecele, bahwa ternyata kelompok syiah tidak tidak begitu saja bisa diprovokasi untuk serta merta mensyukuri kedatangan pasukan koalisi, hanya karena sepanjang hidup mereka ditekan oleh Saddam Husein.

Akan tetapi, pada level kualitas perjuangan yang lebih tinggi, juga sangat disayangkan bahwa kaum syiah tidak mampu secara kolektif meneruskan konsistensi etos jihad dan syahidnya sampai ketingkat substansi yang lebih berkemuliaan. Ketika mereka melakukan pawai ke Karbala untuk mengekspresikan rasa cinta Husein, yang terjadi baru semacam pelampiasan bahwa kini Saddam Husein penghalang mereka sudah tidak memiliki kekuatan.

Pawai itu tidak membawa mereka kepada nilai kepemimpinan dan perjuangan yang lebih tinggi yang menyangkut : (1). Nasionalisme Irak tanah persemayaman mereka; (2). Martabat bangsa-bangsa Timur Tengah; juga (3). harga diri kaum muslimin di hadapan fundamentalime George Bush.

Pawai Karbala hanya menyampaikan kaum syiah pada keperluan lokal kaum syiah sendiri. Peta yang tergambar hanya kekuasaan Saddam dan eksistensi kaum syiah di Irak. Padhal, sesungguhnya mereka kini berada dalam posisi yang relatif sama dengan Saddam dan negara-negara Arab lainnya, dalam konteks adikuasa Amerika Serikat.

Bush menyatakan bahwa minyak Irakm bukanlah milik Saddam dan keluarganya. Sesungguhnya Bush utamanya sedang berkata kepada Monarkhi Arab Saudi : " minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari wacana itu akan diaplikasikan. Kerajaan Arab kini berada dalam ketakutan yang mendalam : Raja Fahd sudah terkikis kesehatannya, (sekarang sudah meninggal ), Fahd  yang mengenggam de facto kekuasaan sudah berumur 84 tahun, beberapa pangerannya sakit kaki.

Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerik Serikat. Kerajaan mendapatkan jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silahkan ambil Irak, Suriah, atau manapun, asal keluarga Saudi tidak di ganggu. Kalau perlu, apa boleh buat, Mekkah dan Medinah dikuasai, asalkan kerajaan tetap selamat. Tetapi siapakah yang menjamin keamanan mereka, meskipun rudal-rudal patriot milik kerajaan  Saudi di "infak"-kan kepada pasukan koalisi untuk dipakai menghancurkan Irak, saudaranya sendiri, pada perang teluk peperangan Maret -April 2003 yanglalu.??

Kekuasaan Saudi tak usah dibayangkan akan sanggup melindungi Mekkah dan Medinah. Tidak mustahil, dua sampai lima tahun lagi, keluarga Kerajaan Saudi tak akan sanggup mempertahankan eksistensinya dari gejolak dan pemeberontakan rakyat Saudi yang sudah bensr-benar bosan hidup dalam situasi kenegaraan yang tanpa rasionalitas, tanpad emokrasi, tanpa kebudayaan, tanpa tradisi ilmu, tanpa etos-etos modern dan sepertiga rakyatnya, kini jadi penganggur, tidak terbiasa bekerja keras, jualan sayur saja gagal.   

        Kemarin saya mendatangi tumpukan batu tinggi kokoh bekas benteng pertahanan keluarga Yahudi Kaab bin Asraf di kota Medinah. Rasulullah seblumnya telah mengumpulkan semua segmen masyarakat Medinah untuk bersama-sama menandatangani Piagam Medinah, etika masyarakat plural. Namun, Kaab melanggar perjanjian itu. Terjadi peperangn. Kaab kalah. Dan di mellenium III abad ke 21 ini Kaab akan hadir kembali mengambil Medinah.
        
    Jadi masalahnya bagi kaum syiah bukan sekedar bagaimana mereka mendapatkan kemerdekaan hidup di Iraq, karena sesungguhnya sekedar di Irak pun, pasca Saddam, kemerdekaan kaum syiah itu juga semu. Peta Timur Tengah dan dunia sudah beubah total. Konflik Sunni-syiah seharusnya sudah menjadi sekunder. Kalau orang syiah memukul-mukul dada mereka, merintih-rintih, menangis, dan memekik-mekik konsetrasi keperihan itu kini tidak lagi an sich derita sayyid Husein belasan abad yang lalu.

Kasan Kusen, demikian masyarakat santri tradisonal Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu di abad ke 21 tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, disirnakan diinjak-injak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.








[@EAN]



"Ikut berbela sungkawa atas semua kematian kaum Manusia di muka bumi, yang ikut berperang tetapi mereka tidak tahu apa yang mereka bela itu benar atau salah”.(HJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar