J
|
ihad
adalah persembahan total diri seseorang
kepada kepentingan Allahmelalui perjuangan kebenaran yang diyakini. Jihad membuat
dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seorang sudah terpojok,
bedil didepan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa
jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme,
kemewahan dan segalah hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu : Allah.
Jika Ia sendirilah yang merupakan Tuan
Rumah dalam kehidupannya, maka kematia adalah sesuatu yang dirindukan. Maka, ia
terus bersemangat untuk berperang. Bukan karena perang itu sakit atau nikmat,
melainkan karena Allah memberinya jalan syahid tanpa hambatan dunia. Maka
peluruh musuh tidak di hindarinya, melainkan disongsongnya.
Karena itu, bisa dipahami tatkala
pasukan koalisi pimpinan AS kecele, bahwa ternyata kelompok syiah tidak tidak begitu
saja bisa diprovokasi untuk serta merta mensyukuri kedatangan pasukan koalisi,
hanya karena sepanjang hidup mereka ditekan oleh Saddam Husein.
Akan tetapi, pada level kualitas
perjuangan yang lebih tinggi, juga sangat disayangkan bahwa kaum syiah tidak
mampu secara kolektif meneruskan konsistensi etos jihad dan syahidnya sampai
ketingkat substansi yang lebih berkemuliaan. Ketika mereka melakukan pawai ke
Karbala untuk mengekspresikan rasa cinta Husein, yang terjadi baru semacam
pelampiasan bahwa kini Saddam Husein penghalang mereka sudah tidak memiliki
kekuatan.
Pawai itu tidak membawa mereka
kepada nilai kepemimpinan dan perjuangan yang lebih tinggi yang menyangkut :
(1). Nasionalisme Irak tanah persemayaman mereka; (2). Martabat bangsa-bangsa
Timur Tengah; juga (3). harga diri kaum muslimin di hadapan fundamentalime
George Bush.
Pawai Karbala hanya menyampaikan
kaum syiah pada keperluan lokal kaum syiah sendiri. Peta yang tergambar hanya
kekuasaan Saddam dan eksistensi kaum syiah di Irak. Padhal, sesungguhnya mereka
kini berada dalam posisi yang relatif sama dengan Saddam dan negara-negara Arab
lainnya, dalam konteks adikuasa Amerika Serikat.
Bush menyatakan bahwa minyak Irakm
bukanlah milik Saddam dan keluarganya. Sesungguhnya Bush utamanya sedang berkata
kepada Monarkhi Arab Saudi : " minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi
beserta para amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu
hari wacana itu akan diaplikasikan. Kerajaan Arab kini berada dalam ketakutan
yang mendalam : Raja Fahd sudah terkikis kesehatannya, (sekarang sudah
meninggal ), Fahd yang mengenggam de
facto kekuasaan sudah berumur 84 tahun,
beberapa pangerannya sakit kaki.
Sejak 1980, Arab mengizinkan
tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerik Serikat. Kerajaan
mendapatkan jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silahkan ambil
Irak, Suriah, atau manapun, asal keluarga Saudi tidak di ganggu. Kalau perlu,
apa boleh buat, Mekkah dan Medinah dikuasai, asalkan kerajaan tetap selamat. Tetapi
siapakah yang menjamin keamanan mereka, meskipun rudal-rudal patriot milik kerajaan Saudi di "infak"-kan kepada pasukan koalisi untuk dipakai menghancurkan
Irak, saudaranya sendiri, pada perang teluk peperangan Maret -April 2003
yanglalu.??
Kekuasaan Saudi tak usah
dibayangkan akan sanggup melindungi Mekkah dan Medinah. Tidak mustahil, dua
sampai lima tahun lagi, keluarga Kerajaan Saudi tak akan sanggup mempertahankan
eksistensinya dari gejolak dan pemeberontakan rakyat Saudi yang sudah
bensr-benar bosan hidup dalam situasi kenegaraan yang tanpa rasionalitas,
tanpad emokrasi, tanpa kebudayaan, tanpa tradisi ilmu, tanpa etos-etos modern
dan sepertiga rakyatnya, kini jadi penganggur, tidak terbiasa bekerja keras,
jualan sayur saja gagal.
Kemarin saya mendatangi tumpukan
batu tinggi kokoh bekas benteng pertahanan keluarga Yahudi Kaab bin Asraf di
kota Medinah. Rasulullah seblumnya telah mengumpulkan semua segmen masyarakat Medinah
untuk bersama-sama menandatangani Piagam Medinah, etika masyarakat plural. Namun,
Kaab melanggar perjanjian itu. Terjadi peperangn. Kaab kalah. Dan di mellenium
III abad ke 21 ini Kaab akan hadir kembali mengambil Medinah.
Jadi masalahnya bagi kaum syiah
bukan sekedar bagaimana mereka mendapatkan kemerdekaan hidup di Iraq, karena
sesungguhnya sekedar di Irak pun, pasca Saddam, kemerdekaan kaum syiah itu juga
semu. Peta Timur Tengah dan dunia sudah beubah total. Konflik Sunni-syiah
seharusnya sudah menjadi sekunder. Kalau orang syiah memukul-mukul dada mereka,
merintih-rintih, menangis, dan memekik-mekik konsetrasi keperihan itu kini
tidak lagi an sich derita sayyid
Husein belasan abad yang lalu.
Kasan Kusen, demikian masyarakat
santri tradisonal Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu di abad ke 21 tak
kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal
kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom,
dimusnahkan, disirnakan diinjak-injak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya,
bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.
"Ikut
berbela sungkawa atas semua kematian kaum Manusia di muka bumi, yang ikut
berperang tetapi mereka tidak tahu apa yang mereka bela itu benar atau salah”.(HJ)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar