Negarawan
Agung
Z
|
AMAN
TELAH mengubah kami, kami telah mengubah zaman, namun kualitas percintaan kami
kepadamu tidak kunjung meningkat. Kami telah lalui berbagai era perkembangan dan
kemajuan, ilmu, pengetahuan dan teknologi kami
semakin dahsyat, namun tak diikuti dahsyatnya perwujudan cinta kami
kepadamu.
Kami semakin pandai,
namun kami tidak semakin bersujud. Kami pintar semakin pintar, namun kami tidak
semakin berislam. Kami semakin maju, namun kami tidak semakin beriman. Kami
semakin berkembang, namun kami tidak semakin berihsan.Sel-sel memuai. Dedaunan
memuai. Pohon-pohon memuai. Namun kesadaran kami tidak. Keinsafan kami tidak.
Cinta dan internalisasi ketuhanan kami tidak.
Kami masih primitif
dalam hal akhlak -subtansi utama ajaranmu.padahal kami tidak usah belajar soal
akhlak, karena telah menjadi naluri manusia ; berbeda dengan saudara kami kaum
jin yang ilmu tak usah belajar namun akhlak harus belajar. Akhlak kaum jin
banyak yang lebih bagus dari kami.
Sebab kami masih bisa
menjual iman dengan harga beberapa ribu rupiah. Kami masih bisa menggadaikan
islam seharga emblem nama dan segumpal kekuasaan. Kami bisa memperdagangkan
nilai Tuhan seharga jabatan kecil yang masa berlakunya sangat sementara. Kami
bisa memukul saudara kami sendiri, bisa menipu, meliciki,mencurangi, menindas
dan menghisap, hanya untuk beberapa lembar uang.
Padahal kami mengaku
sebagai pengikutmu, ya Muhammad. Padahal engkau adalah pekerja amat keras
dibanding kemalasann kami. Padahal engkau adalah negarawan agung dibandingkan
ketikusan politik kami. Padahal engkau adalah ilmuwan ulung dibanding kepandaian
semu kami. Padahal engkau adalah seniman anggun dibanding vulgarnya kebudayaan
kami.
Padahal engkau adalah
pendekar mumpuni dibanding kepengecutan kami. Padahal engkau adalah strateg
dahsyat dibanding berulang-ulangnya keterjebakan kami oleh sistem Abu Jahal
kontemporer.
Padahal engkau adalah
mujjahid yang tak mengenal putus asa dibanding deretan kekalahan-kekalahan kami.
Padahal engkau adalah pejuang yang sedemikian gagah perkasa terhadap
godaan-godaan benda emas dibanding kekaguman tolol kami terhadap hal yang sama.
Padahal engkau adalah
moralis kelas utama dibanding kemunafikan kami. Padahal engkau adalah panglima
kehidupan yang tak terbandingkan dibanding keprajuritan dan keserdaduan
kepribadian kami. Padahal engkau adalah pembebas kemanusiaan.
Padahal engkau adalah
pembimbimg kemuliaan. Padahal engkau adalah penyelamat nilai kemanusiaan.
Padahal engkau adalah organisator dan manajer yang penuh keunggulan dibanding ketidaktertataan
keumatan kami.
Padahal engkau adalah
manusia yang sukses menjadi nabi dan nabi yang sukses menjadi manusia, dihadapan
kami. Padahal Engkau adalah liberator budak-budak sementara kami adalah
budak-budak yang tidak pernah merasa, menyadari, dan tidak pernah mengakui bahwa
kami adalah budak-budak.
Sementara kami adalah
budak-budak - dalam sangat banyak konteks- yang sesudah berbincang tentang
perbudakan, segera mencari kalimat-kalimat, retorika dan nada yang sedemikian
indahnya sehingga bisa membuat kami tidak lagi dapat menyimpulkan bahwa kami adalah
budak-budak.
Di negeri kami ini,
umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya
Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dari MUI,ICMI, punya bank
syariah, punya HMI, PMII, IMM, Ansor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII,
pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi islam
intensif, yayasan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan dan seniman, cendekiawan,
dan apasaja.
Yang tak kami punya
hanyalah kesediaan, keberanian dan kerelaan yang sungguh-sungguh untuk mengikuti
jejakmu.
© (EAN).
![]() |
| MONGGO DI SRUPUT TERUS MAS....KOPI SUSUNYA..(HJ) |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar