Kamis, 12 Maret 2015

POJOK CAK NUN : KASAN - KUSEN


S
ESUDAH DIBANTAI dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia, penggalan tubuh Sayyidina Husein, putera Fatimah binti Muhammad Rasullah SAW, diarak, diseret dengan kuda sampai sejauh 1300 kilometer. Wallahua'alam,a da yang bilang dibawa sampai ke Mesir, yang lain bilang sampai ke Syiria, sebagaimana ada beberapa makam Sunan Kalijogo di pulau Jawa, tetapi pasti pembantaian sesama muslim itu terjadi di Karbala.

        Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan airmata, dan bukan darah? Jutaan pencintanya memukul-mukul dada mereka agar terasaderita itu hingga ke jantung dan menggelegak ke tubuh jiwa.

      Ribuan lainnya membawa cambuk besi atau apa saja yang bisa melukai badan mereka agar kucuran darah itu membuat pengorbanan mereka tidak untuk siapapun  siapapun kecuali Imam Husein Sendiri. Orang yang mencintai melarutkan eksistensinya, melebur, hilang dirinya, dirinya sirna menjadi orang yang dicintainya.

       Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jemaah syiah di seluruh dunia. Duka yang mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yangmembuat kaum syiah menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitment ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat islam sendiri, Arab Saudi kerajaan yang didirikan oleh koalisi keraton Abdul Azis dengan ulama Wahabi - konsentrasi emosional terhadap ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yangmelahirkan berbagai jenisbid'ah, yakni perilaku-perilaku budaya keagamaan yang diciptakan tidak atas dasar ajaran Nabi sendiri, sehingga dianggap mengotori kemurnian peribadatan islam.

       Semacam "dendam sejarah" yang berasal dari tragedi Karbala itulah yang melahirkan soliditas sistem imamah dalam budaya keagamaan kaum syiah. Kepemimpinan dan keumatan dalam syiah merupakan kohesi horisontal - vertikal yangsangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum sunni. Seandainya di Indonesia orang mengatakan "Gus Dur dengan 30 juta umat NU-nya" atau "Amien Rais dengan 25 juta umat Muhammadiyah-nya" - yang dimaksud adalah kaum syiah, maka tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengalahkan koalisi NU-Muhammadiyah dalam perpolitikan Indonesia.

     Kaum sunni menyebut Abu Bakar, Umar, dan Ustman dulu sebelum Ali. Bahkantidak secara spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang syiah jengkel kepada ketiga khalifah itu karena menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat,yang menguburkan hanya Ali, Asyiah, Fatimah, Abbas dan seorang lagi pekerja penguburan. Sementara Abu Bakar, Umar dan Ustman sibuk di Tsaqifah, "KPU" yangmemproses siapa pemimpin pengganti Nabi, tanpa mempedulikan jenazah Nabi.

      Bahkan, ketika tengah malam usai pengguburan. Sejumlah rombongan dipimpin oleh Umar menggedor rumah Ali untuk memaksa menantu nabi itu menandatanganipengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama.

       Sayidina Hasan, kakak Husein, juga tak kalah sialnya. Pagi-pagi, ia disuguhi racun oleh istrinya yang lantas mengaku bahwa itu atas suruhan Muawiyah. Hasan memaafkan istrinya, dan besok pagi sesudah kejahatannya dimaafkan, sang istri kembali menyuguhkan racun, Hasan meminumnya dan menemui ajal.

       Dalam kandungan hati orang syiah, memang tidak banyak orang menderita seperti Rasulullah Muhammad SAW : jenazah belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah ribut memperebutkan jabatan.

     Nabi unggul dan sangat populer sepanjang sejarah, tapi rumah yang ia tempatibersama Aisyah, istrinya hanya seluas 4,80 X 4,62 meter. Makhluk diciptakan oleh Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis ia hadirkan600 tahun sesudah Isa/Yesus, namun semasa hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu dibalik pinggangnya, dan waktu wafat masih punya hutang beberapa liter gandum.

       Manusia yang paling mencintai Allah dan paling dicintai Allah, namun Allah merelakan keningnya berdarah dilempar batu oleh pembencinya, mengizinkannya mengalami tenung sebelum menerima tiga surah firman-Nya. Tak ada kemewahan dunia apapun melekat padanya. Bahkan ia tak sanggup menolong Fatimah, putrinya, yang beberapa hari bersembunyi telanjang dalam selimut di kamar karena pakainnya di jual Ali, suaminya, untuk bisa makan.

        Muhammad dan keluarganya sangat disayang, bahkan dicintai dengan gelegak rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakterabdan nabbiya, nabi yang rakyat jelata, dan menolak ditawari Allah menjadi mulkan nabiyya, nabi yang raja diraja.

        Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah antara Madinah dan Mekkah yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, disamping tambang minyak temuan baru di perbatasan Saudi-Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sebab jika Yaman menguasai sumber minyak itu, maka minyak Saudi di perut bumi akan terserap olehnya.

         Rasulullah pernah bersabda bahwa kelak kaumnya akan mengalami kekalahan dan hidup dalam kehinaan, karena hubbud dunya wa karohiyatul maut, karena kemaruk pada harta dunia dan takut mati.
Photo by Harjuno Collection

          Wallahu'alam. Dalam hal maut mestinya kaum syiah lebih mewakili etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Hasan dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan derita Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi "jihad" dan "syahid”. (bersambung).


©[EAN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar